Sabtu pagi, seperti biasa ….saya kena grounded ayah karena badan saya agak hangat. Dan seperti biasa pula saya dikarantina, dikurung, tidak boleh keluar rumah. Sebagai istri yang insya Allah sedang belajar menjadi istri sholehah (ehm).........harus,kudu,w
Begitu ayah keluar rumah pk.6.30 pagi, saya langsung menyalakan komputer, login ke Fb, ganti status dan say hai pada beberapa teman. Sabtu pagi adalah saat yang paling mencekam (lebay!), karena saya hanya sendirian di rumah. Anak-anak libur, ayah kerja, daku...........ya sendirian lah. Setelah bosan dg Fb, bosan mengganggu orang ( soory ya,De!) saya turun untuk mandi.
Keluar dari kamar mandi, saya dengar ada suara memberi salam di luar. Saya langsung berlari keluar. Sebelum membuka pintu, terlihat sebuah mobil aparat parkir di depan pagar. Seorang pria dg seragam lengkap, terlihat sedang mendorong pagar. Wadaw........pagi-pagi gini ada aparat keamanan datang kerumah......jangan-jangan
Langsung kubuka pintu.
” Assalamu alaikum!”, sapanya.
” Waalaikum salam.....mari silahkan....”, balas saya sambil membuka pintu lebar-lebar.
” Maaf ada apa ya, pak?”, tanya saya, sambil mempersilahkan bapak tersebut duduk.
” Mamahnya ada?,” tanyanya sambil menyimpan topi di atas meja.
Mamah.........saya mengerutkan kening. Kok ?
” Maaf, pak.....bapak sebenarnya mencari siapa? Bapak dari mana? Kebetulan ibu saya tinggal di Cirebon tuh”
” Begini, saya mau ketemu Ibu Dipy, yang ngajar les”, katanya tenang.
Lho?! Itu kan saya.....
” Saya Dipy,pak...”.
” Lho.....?!?”, dia terbelalak kaget sambil memperhatikan saya dari ujung kepala ke ujung kaki.
Saya jadi ikut terkejut dan ikut-ikutan memperhatikan penampilan saya. Perasaan tidak ada yang salah......t-shirt plus celana overall selutut.....pakaian kebangsaan saya di rumah....memang saya belum sempat menyisir rambut....tapi perasaan masih rapi kok. Apa yang aneh ya?
” Jadi ini bu Dipy yang ngajar les disini?”, tanyanya dengan suara sangsi.
” Betul bapak, dirumah ini hanya saya yang bernama Dipy, dan saya yakin di perumahan ini pun yg namanya Dipy si guru les ya cuma saya. Ada masalah,pak?”
Si bapak tiba-tiba tertawa. Loh........gimana seeehhh.....?
” Maaf. Di otak saya yg namanya ibu Dipy tuh pasti ibu-ibu seperti ibu-ibu yang lainnya....”, dia masih terus tertawa.
Sialan, pikir saya, emangnya saya ibu jadi-jadian....
” Eh ternyata kok ya masih anak-anak gini.....ha..ha..ha...!”
” Aduh bapak, tahun ini saya 42 tahun.......saya juga sudah menikah....jadi saya bukan anak-anak.....saya ibu-ibu!”, kata saya sebal.
” Maaf....maaf......di bayangan saya pasti ibu-ibu dengan kaca mata tebal....rambut disasak....dan tampang sangar.....soalnya saya dengan ibu tegas bila sedang mengajar....ha...ha...ha..
Ya ampun.......kasihan sekali bapak ini.......imej saya tidak sesuai dengan apa yg ada di kepalanya. Kebayang dong tiba-tiba yang muncul perempuan dg t-shirt + celana overall selutut, tanpa bedak dan tanpa menyisir rambut.......aduh bapak.......
Si bapak ternyata hendak memasukkan putrinya, kelas 9 di salah satu SMP Negeri disini. Saya jelaskan bahwa ruang kelas kami di garasi dan duduk lesehan. Saya jelaskan pula bahwa kami tidak mengajar menggunakan alat bantu yg canggih seperti di tempat lain. Dia ganti menjelaskan bahwa dia sudah mendengar dari anak buahnya yg kebetulan putranya belajar di tempat saya (dan kebetulan anak tersebut juara kelas di sekolahnya), bahwa belajar disini membuat anak-anak nyaman. (terima kasih atas promosinya ya, pak........semoga amal bapak mendapat pahala dari-Nya....Amin!”)
Beliau menitipkan putrinya ada dalam bimbingan saya. Saya bilang saya bukan malaikat yang bisa langsung membuat semua anak bisa pintar. Semua kembali lagi pada anaknya, tergantung keinginan dan kekuatan motivasi anak tersebut.
Akhirnya jadilah putri bapak tersebut menjadi ”teman” belajar saya. Ketika beliau sempat menjemput putrinya pulang les, dia pasti berteriak dari mobilnya ,” Daaag Dipy........!”
Peristiwa tersebut membuat saya berfikir.......apakah untuk dipercaya menjadi kelihatan seperti orang yang berkemampuan kita harus menukar kepribadian kita menjadi orang yg berkamuflase lewat dandanan? Tidak selalu kan orang-orang tua itu lebih berkemampuan dari yang muda-muda ( teuteup......ngerasa muda.....)? Tidak bisa saya bayangkan apa tanggapan dan reaksi anak-anak ketika melihat bundanya mengajar dengan baju resmi, rambut disasak dan disanggul serta dandanan lengkap........waduh! Pasti mereka akan mengira saya ketempelan jin centil. Gak mungkin dong si bunda pake rok.......gak mungkin dong si bunda dandan......gak mungkin dong si bunda....anteng n alim.......mimpiii kaleee yeeee!!!
Sebegitu pentingnyakah sebuah penampilan? Anak-anak sudah nyaman dengan bunda yang mengajar memakai jeans,legging or kadang-kadang bercelana pendek. Yang penting kan materi yang disampaikan masuk atau tidak ke anak-anak. Ngapain cassing meyakinkan tapi teuteup anak-anak gak ngerti.......
Tapi jangan salah....bunda yang ini bisa bertanduk kalau anak-anak tidak serius. Anak-anak sudah hafal......kalau suara bunda mulai naik setengah oktaf......berarti warning.....bunda mau ngamuk. Wekwkwkwk......
Pak ”.....”.....maaf ya kalau kesan pertama meragukan.....Tapi tanya aja deh anak anda.....mending diajar ma emak-emak pisan ato sama emak-emak gaul..............? (Punten ah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar